Alam dan Manusia sebagai Modal Dasar Pembangunan Krayan.
Peneliti: Masri Sareb Putra, M.A.
Tanggal rilis: 18 Juni 2025
Pendahuluan
Krayan, sebuah wilayah dataran tinggi di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, memiliki potensi strategis sebagai calon Daerah Otonomi Baru (DOB). Wilayah ini terletak di kawasan "Heart of Borneo," yang merupakan bagian dari kesepakatan internasional antara Indonesia, Malaysia, dan Brunei untuk melestarikan ekosistem hutan Kalimantan.
Konsep pembangunan Krayan berbasis modal alam merupakan gagasan visioner yang pertama kali dicetuskan oleh Samuel Tipa Padan ketika menjabat sebagai Camat Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Pemikiran ini lahir dari pengamatan mendalam terhadap potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) di wilayah Krayan, yang dikenal sebagai dataran tinggi strategis di kawasan "Heart of Borneo." Konsep ini kemudian dipertajam dan diuji secara akademik melalui penelitian disertasi Samuel Tipa Padan di Universitas Brawijaya, Malang. Hasilnya, konsep pembangunan berbasis modal alam menjadi tonggak sekaligus pedoman utama dalam mengarahkan pembangunan Krayan menuju kemandirian dan keberlanjutan.
Saat menjabat sebagai Camat Krayan, Samuel Tipa Padan menyadari bahwa wilayah ini memiliki kekayaan sumber daya alam yang luar biasa, seperti pertanian padi lahan basah dengan sistem irigasi tradisional, produksi garam gunung (tucu’), dan keanekaragaman hayati di Taman Nasional Kayan Mentarang. Selain itu, masyarakat adat Lundayeh, sebagai pewaris dan penjaga wilayah, memiliki kearifan lokal yang kuat dalam mengelola sumber daya secara berkelanjutan. Berdasarkan realitas tersebut, Samuel mengembangkan gagasan bahwa pembangunan Krayan harus berpijak pada modal alam yaitu SDA dan SDM sebagai fondasi utama.
Dengan luas wilayah sekitar 777,91 km² dan populasi sekitar 3.456 jiwa pada tahun 2021, Krayan memiliki karakteristik unik baik dari segi sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusia (SDM) yang menjadi pewaris dan penjaga wilayah. Artikel ini membahas desain, nilai, struktur, dan sistem DOB Krayan yang berfokus pada pemanfaatan modal alam dan manusia secara berkelanjutan.
Desain DOB Krayan
Desain pembentukan DOB Krayan bertujuan untuk memperkuat otonomi wilayah dengan memanfaatkan potensi lokal, baik dari SDA maupun SDM, untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan informasi dari profil Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara, Krayan diusulkan sebagai salah satu DOB bersama dengan Kota Sebatik, Kabupaten Kabudaya, dan Kabupaten Apo Kayan. Desain ini mencakup:
Pemanfaatan Sumber Daya Alam: Krayan memiliki potensi SDA yang signifikan, termasuk pertanian padi lahan basah dengan sistem irigasi, produksi garam gunung (tucu’), dan keanekaragaman hayati di Taman Nasional Kayan Mentarang. Beras adan Krayan, yang dikenal sebagai "Beras Sultan" di Malaysia dan Brunei karena kualitas dan rasanya, menjadi komoditas unggulan yang mendukung perekonomian lokal.
Konservasi Lingkungan: Krayan merupakan bagian dari kawasan konservasi Heart of Borneo, yang menekankan pelestarian ekosistem hutan dan keanekaragaman hayati. Peraturan Desa (Perdes) di Krayan telah menjadi landasan adat untuk menjaga kelestarian tanah, air, dan lingkungan, sekaligus memastikan warisan leluhur tetap terlindungi.
Infrastruktur dan Aksesibilitas: Meskipun memiliki potensi besar, Krayan menghadapi tantangan aksesibilitas karena lokasinya yang terpencil dan sulit dijangkau melalui jalur darat. Desain DOB mencakup rencana pembangunan infrastruktur seperti toko "Indonesia" di perbatasan untuk menyediakan barang bersubsidi, serta peningkatan konektivitas melalui jalur udara dari Tarakan atau Tanjung Selor.
Nilai DOB Krayan
Nilai-nilai yang mendasari pembentukan DOB Krayan mencerminkan identitas budaya, pelestarian lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat lokal. Nilai-nilai ini meliputi:
Identitas Budaya Lundayeh: Penduduk Krayan, yang mayoritas adalah suku Lundayeh, memiliki ikatan budaya dengan suku Lun Bawang di Malaysia dan Brunei. Nilai-nilai adat, seperti yang tercermin dalam Peraturan Desa, menekankan tanggung jawab kolektif untuk menjaga warisan leluhur dan lingkungan.
Keberlanjutan Lingkungan: Krayan memegang peran penting dalam menjaga ekosistem Heart of Borneo. Komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan tercermin dalam pengelolaan SDA yang berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, serta penghormatan terhadap hukum adat.
Kemandirian Ekonomi: Dengan mengandalkan komoditas seperti beras adan dan garam gunung, Krayan memiliki potensi untuk membangun ekonomi yang mandiri. Acara tahunan seperti Hari Pertanian Organik (HPO) menunjukkan upaya masyarakat untuk menjaga kualitas produksi pertanian secara organik.
Struktur DOB Krayan
Struktur administratif DOB Krayan dirancang untuk mendukung tata kelola pemerintahan yang efisien dan berbasis kinerja. Berdasarkan informasi dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara, struktur ini mencakup:
Pusat Pemerintahan: Pusat pemerintahan Kecamatan Krayan saat ini berada di Long Bawan. Jika menjadi DOB, struktur ini dapat diperluas dengan pembentukan kabupaten yang mencakup lima kecamatan: Krayan, Krayan Selatan, Krayan Barat, Krayan Tengah, dan Krayan Timur.
Kelembagaan Kolaboratif: Pengelolaan SDA dan konservasi lingkungan di Krayan melibatkan kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat adat, dan pemangku kepentingan seperti perusahaan pemegang izin. Misalnya, Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) di Nunukan seluas 103.339 ha mencakup koridor gajah Kalimantan, habitat bekantan, dan ekosistem lahan basah, yang dikelola bersama dengan masyarakat adat.
Pemberdayaan Masyarakat Adat: Masyarakat adat Lundayeh berperan sebagai pewaris dan penjaga wilayah. Struktur DOB akan memperkuat peran mereka melalui kebijakan yang mendukung pemberdayaan koperasi, UMKM, dan pengelolaan sumber daya berbasis adat.
Sistem DOB Krayan
Sistem DOB Krayan dirancang untuk mengintegrasikan potensi SDA dan SDM dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. Sistem ini mencakup:
Pemanfaatan SDA secara Berkelanjutan: Krayan memiliki 33 mata air garam yang menjadi sumber produksi garam gunung, yang dijual hingga ke Malaysia dengan harga tinggi (60 Ringgit per kilogram). Selain itu, pertanian padi lahan basah dengan sistem irigasi dan tradisi megalitik menunjukkan kearifan lokal dalam pengelolaan SDA.
Pembangunan Infrastruktur: Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara telah merencanakan pembangunan infrastruktur, seperti toko "Indonesia" di perbatasan untuk menyediakan barang bersubsidi dan mengurangi ketergantungan pada Malaysia. Namun, tantangan akses jalan yang kurang memadai masih menjadi hambatan utama.
Pemberdayaan SDM: Sistem pendidikan wajib belajar 16 tahun, sebagaimana diusulkan dalam visi pembangunan Kalimantan Utara, menjadi landasan untuk meningkatkan kualitas SDM di Krayan. Pemberdayaan masyarakat adat sebagai pewaris dan penjaga wilayah juga didukung melalui pelatihan dan pengembangan UMKM.
Konservasi dan Wisata: Krayan memiliki potensi wisata alam dan budaya, seperti sumber air garam dan keindahan Taman Nasional Kayan Mentarang. Sistem DOB akan memanfaatkan potensi ini untuk meningkatkan perekonomian lokal sambil menjaga kelestarian lingkungan.
Tantangan dan Solusi
Meskipun memiliki potensi besar, Krayan menghadapi beberapa tantangan dalam mewujudkan DOB, antara lain:
Aksesibilitas: Jarak geografis yang jauh dari pusat kabupaten (Malinau atau Nunukan) dan ketergantungan pada jalur udara menyulitkan distribusi barang dan mobilitas penduduk. Solusi yang diusulkan adalah peningkatan infrastruktur jalan dan transportasi udara yang lebih terjangkau.
Ketergantungan pada Malaysia: Warga Krayan sering mengandalkan barang dari Malaysia karena akses yang lebih mudah. Pembangunan toko "Indonesia" dan pengelolaan oleh BUMDes atau koperasi dapat mengurangi ketergantungan ini.
Keterbatasan Infrastruktur: Kurangnya sambungan listrik dan sanitasi air bersih di beberapa wilayah perlu segera diatasi untuk mendukung operasional fasilitas seperti toko "Indonesia."
Kesimpulan
Desain, nilai, struktur, dan sistem DOB Krayan dirancang untuk memanfaatkan modal alam (SDA dan SDM) secara berkelanjutan, dengan menjaga identitas budaya Lundayeh dan kelestarian lingkungan. Melalui kolaborasi antara pemerintah, masyarakat adat, dan pemangku kepentingan lainnya, Krayan memiliki potensi untuk menjadi DOB yang mandiri dan berdaya saing. Pemanfaatan komoditas unggulan seperti beras adan dan garam gunung, serta pengembangan wisata berbasis alam dan budaya, dapat menjadi pendorong utama pembangunan. Namun, tantangan seperti aksesibilitas dan ketergantungan pada Malaysia perlu diatasi melalui investasi infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat lokal.
Posting Komentar