![]() |
Ritual Ngumbai Keling Kumang di kantor pusat CU Keling Kumang, Tapang Sambas. Dok. Rmsp. |
PENELITI: Masri Sareb Putra, M.A.
Lembaga Penelitian: Dayak Research Center (DRC)
Kampus Institut Teknologi Keling Kumang (ITKK) Sekadau, Kalimantan Barat.
Tahun Penelitian: 2023 - 2025
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suku Iban sebagai bagian dari rumpun Dayak di Kalimantan Barat memiliki kekayaan kultural yang terwujud dalam ritus-ritus adat yang hidup hingga kini. Salah satunya adalah Ngumbai Keling Kumang, sebuah ritual tahunan yang dilaksanakan oleh masyarakat Tapang Sambas, khususnya di lingkungan Keling Kumang Group. Dalam upacara ini, leluhur terhormat dipanggil turun dari alam gaib untuk hadir bersama manusia dalam perjamuan sakral.
Ngumbai bukanlah semata-mata ritual budaya; ia adalah penegasan kosmologi Iban tentang hubungan yang terus-menerus antara dunia manusia dan dunia roh. Dalam lanskap kontemporer, upacara ini juga menjadi bentuk "perlawanan halus" terhadap arus modernisasi yang mengancam peluruhan jati diri budaya Dayak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa makna terdalam (sensus plenior) dan spiritual dari upacara Ngumbai Keling Kumang?
2. Bagaimana prosesi dan unsur simbolik ritual ini dilaksanakan?
3. Apa posisi Keling dan Kumang dalam narasi kosmologis serta identitas kolektif masyarakat Iban?
C. Tujuan Penelitian
1. Merekam dan menganalisis secara kualitatif pelaksanaan ritual Ngumbai.
2. Menafsirkan makna simbolik dalam setiap tahap dan elemen upacara.
3. Menggali kontribusi ritual ini dalam pelestarian identitas Iban di era kontemporer.
D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan dokumentasi budaya Dayak yang komprehensif.
2. Menjadi sumber rujukan akademik dalam kajian antropologi, teologi adat, dan budaya takbenda.
3. Mendorong revitalisasi dan penguatan budaya lokal di tengah perubahan zaman.
II. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kantor Pusat CU Keling Kumang, Tapang Sambas, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat, pada Januari 2023, bertepatan dengan pelaksanaan upacara tahunan Ngumbai Keling Kumang.
B. Metode
1. Observasi partisipatif selama berlangsungnya upacara.
2. Wawancara mendalam dengan tokoh adat dan pemimpin ritual.
3. Kajian pustaka dan interpretasi teks-teks tradisional Iban (mantra, syair adat, pantun lisan).
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Dokumentasi audiovisual (foto dan video)
2. Catatan lapangan deskriptif
3. Transkrip wawancara dan kutipan syair/mantra
4. Refleksi naratif peneliti
III. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
Subuh dinihari, ketika embun masih menggantung di ujung daun, upacara Ngumbai dimulai. Bunyi gong bertalu-talu memecah kabut pagi Tapang Sambas, sebagai isyarat bahwa tamu dari alam Sebayan (alam roh) sedang dipanggil turun.
Di tengah ruai, didirikan Rancak Sempoyong; semacam panggung sakral dengan 19 anak tangga, tempat roh Keling dan Kumang akan "turun". Upacara dipimpin oleh Kerius Kerja, seorang tua adat berumur 84 tahun. Dalam keterangannya, ia menegaskan: "Orang Iban tidak mati, mereka hanya berpindah ke alam keabadian."
Senjata lantak ditembakkan ke udara sebagai penanda kekuatan roh yang mulai hadir. Dalam suasana magis, suara gong, mantra adat, dan tarian Tingkak Tebang dimainkan. Ketika salah satu penari perempuan kesurupan dan napasnya memburu, masyarakat yakin bahwa Kumang telah hadir, merasuki raganya.
Kumang dan Keling adalah pasangan mitologis yang menjadi simbol ideal dalam budaya Iban: Kumang sebagai perempuan suci, lemah lembut, harum, dan anggun; Keling sebagai pemuda tangguh, tampan, dan sakti. Keduanya tidak sekadar legenda, melainkan cermin nilai dan identitas sosial.
Setelah penyambutan, para penari, petinggi adat, dan "tamu gaib" duduk bersila menghadap serimpak, pohon upacara tempat digantungkan sesajen. Di bawahnya tersaji tujuh piring beras (perentang) perlambang kehidupan dan keberlimpahan. Padi dalam tradisi Iban bukan hanya pangan, tapi simbol kekayaan dan nyawa. Maka, mereka yang kaya padi wajib berbagi, melalui sistem nganak padi.
Prosesi berlanjut dengan makan bersama dan minum tuak pamali. Semua dilakukan berpasangan dan tidak boleh mendahului tamu leluhur. Pelanggaran akan mendapat isyarat mistis dari alam. Ritual ditutup dengan doa campuran adat dan monoteisme yang menyebut Tuhan sebagai pengutus dan pelindung.
IV. ANALISIS DAN PEMAKNAAN
Ritual Ngumbai Keling Kumang adalah ekspresi mendalam dari spiritualitas, filsafat hidup, dan identitas kolektif Iban. Ia membuktikan bahwa bagi orang Iban, hidup tidak pernah selesai; hanya berubah bentuk. Kehadiran roh Keling dan Kumang adalah legitimasi bahwa leluhur tetap menyertai umatnya.
Tarian dan mantra menjadi alat komunikasi antar-alam. Tubuh manusia, dalam hal ini penari perempuan yang kerasukan, menjadi wadah suci: bukan milik pribadi, tetapi bagian dari semesta spiritual.
Simbolisme beras, tuak, dan padi memperlihatkan bahwa budaya Iban mengakar pada nilai etis tentang keseimbangan, solidaritas, dan kedermawanan. Kekayaan tidak untuk dikekang, tetapi dibagikan. Sistem “nganak padi” adalah ekonomi moral yang hidup dari semangat kolektif, bukan kalkulasi untung rugi.
Dalam narasi Keling dan Kumang, kita mendapati mythos yang hidup: bukan dongeng masa silam, tetapi refleksi atas siapa orang Iban hari ini dan bagaimana mereka memaknai hidup di tengah tantangan modernitas.
Upacara/ ritual Ngumbai menjadi strategi keberadaan (strategy of being); suatu cara halus namun tegas mempertahankan nilai, tanah, dan identitas, di tengah ancaman kapitalisasi, deforestasi, dan penghilangan budaya.
V. KESIMPULAN
Ngumbai Keling Kumang adalah ritus kompleks yang memadukan spiritualitas, estetika, dan etika sosial. Ia bukan semata-mata ritual adat, tetapi penguatan identitas, narasi memori kolektif, dan penegasan bahwa manusia, tanah, dan roh leluhur terikat dalam jejaring saling jaga.
Melalui ritus ini, masyarakat Iban tidak hanya merayakan masa lalu, tetapi memperbarui jati diri dan memperkuat posisi budaya mereka dalam arus zaman. Di tengah desakan modernitas dan perampasan ruang hidup, upacara ini menjadi benteng terakhir yang menghidupkan suara leluhur dan menyatukan kembali manusia dengan akar spiritualnya.
Posting Komentar