Monumen pendaratan pertama orang Hakka di Pemangkat. Foto: Masri Sareb Putra. |
Disusun oleh: Tim Peneliti Dayak Research Center (DRC)
Tanggal publikasi: 4 Juni 2025
1. Pendahuluan
Jejak migrasi orang Tionghoa ke Nusantara senantiasa meninggalkan penanda budaya seperti toapekong, gapura, pecinan, dan artefak khas. Di Pemangkat, Kalimantan Barat, berdiri sebuah Monumen Pendaratan Pertama yang menjadi penanda historis kedatangan migran Tionghoa dari Tiongkok ke wilayah ini.
Laporan ini bertujuan mengkaji bukti sejarah tentang keberadaan dan integrasi komunitas Tionghoa di Borneo, khususnya di Pemangkat, melalui artefak, pecinan, dokumen, dan inskripsi sejarah.
Baca The Power of Literacy: Reclaiming Borneo’s Forgotten Civilizations
2. Latar Belakang Sejarah Borneo
Pulau Borneo telah dihuni manusia lebih dari 40.000 tahun. Temuan arkeologis dari Gua Niah di Miri, Malaysia, menjadi bukti awal keberadaan manusia prasejarah di kawasan ini.
Penelitian terkini menunjukkan patut diduga bahwa manusia Borneo yang bermigrasi keluar pulau pada masa deglasiasi, sebelum kedatangan kelompok migran dari Tiongkok.
Kondisi geografis dan iklim yang berubah secara drastis turut membentuk peta migrasi manusia, termasuk hubungan awal antara Borneo dan Tiongkok.
3. Artefak: Bukti Fisik Hubungan Borneo dan Tiongkok
Meski migrasi besar-besaran baru tercatat pada abad ke-18, bukti artefaktual menunjukkan hubungan Borneo–Tiongkok sudah terjalin jauh sebelumnya. Artefak dari masa Dinasti Tang (618–907 M) seperti porselen, tembikar, dan alat-alat logam ditemukan di Pemangkat dan Singkawang. Penemuan ini mengindikasikan hubungan dagang dan budaya yang lebih awal daripada yang tercatat dalam sejarah kolonial.
The Historical Significance of the Crocodile Monument in Long Mutan
4. Pecinan: Jejak Kehidupan Sosial dan Ekonomi Migran Tionghoa
Keberadaan komunitas pecinan di Singkawang dan Pemangkat menjadi penanda integrasi sosial-ekonomi migran Tionghoa. Pada akhir abad ke-18, populasi Tionghoa di beberapa wilayah bahkan melebihi penduduk Melayu.
Banyak dari mereka datang sebagai penambang emas, kemudian menjalin hubungan sosial dengan penduduk lokal, terutama suku Dayak, melalui pernikahan. Istilah lokal seperti "sobat" (untuk menyebut orang Tionghoa) dan "Lo-a-kia" (anggapan bahwa asal-usul orang Dayak dari Hainan) mencerminkan kedekatan tersebut.
5. Dokumen dan Inskripsi: Pemetaan Sejarah Borneo
Catatan sejarah dari Dinasti Tang menyebut Borneo sebagai bagian dari jalur perdagangan laut. Inskripsi yang ditemukan di Pemangkat dan Singkawang mencatat peristiwa penting dalam sejarah komunitas Tionghoa, termasuk kerja sama politik dan ekonomi dengan otoritas lokal.
Salah satu struktur sosial penting adalah zongting, sebuah asosiasi sukarela komunitas Tionghoa yang mengatur kehidupan sosial dan ekonomi secara demokratis. Peneliti Belanda, J.J.M. de Groot (1880), menyatakan bahwa struktur sosial ini mencerminkan nilai-nilai Hakka dan prinsip republik desa. Namun, menurut Yuan Bingling, zongting juga terinspirasi oleh nilai-nilai persaudaraan dalam novel klasik Shuihu Zhuan.
Baca Unveiling the Mystery of Dayak Ancestry: A Terra Incognita
6. Elemen Kunci dalam Penulisan Sejarah
Penulisan sejarah yang sahih menuntut pembuktian atas empat elemen pokok:
-
Siapa?
Tokoh utama adalah migran Tionghoa, terutama dari kelompok Hakka. -
Di mana?
Lokasi utama: Pemangkat, Singkawang, Montrado, Mandor. -
Kapan?
Migrasi besar dimulai pada 1740 M, namun kontak awal dimulai sejak abad ke-7. -
Apa yang terjadi?
Pembentukan komunitas, aliansi dengan penduduk lokal, serta struktur sosial seperti zongting.
Semua unsur ini didukung oleh bukti konkret: artefak, dokumen, situs pecinan, dan inskripsi.
7. Kesimpulan
Kedatangan orang Tionghoa ke Borneo bukanlah mitos, melainkan bagian dari narasi sejarah yang dapat diverifikasi. Artefak Dinasti Tang, komunitas pecinan, serta dokumen dan inskripsi sejarah memperlihatkan adanya hubungan yang kuat antara Tiongkok dan Borneo sejak masa lampau.
Monumen Pendaratan Pertama di Pemangkat bukan sekadar simbol, tetapi cermin dari sejarah migrasi yang membentuk wajah sosial-budaya Kalimantan Barat hari ini.
Posting Komentar