Nenas Krayan Manis dan Faktor-faktor Penyebabnya

Nenas Krayan super-manis dan organik. Dok. Masri Sareb,

Peneliti: Masri Sareb Putra, M.A.

Tanggal rilis: 18 Juni 2025


Pendahuluan

Nenas Krayan, yang dikenal sebagai varietas nenas lokal dari wilayah Krayan, Kalimantan Utara, Indonesia, memiliki reputasi sebagai salah satu jenis nenas dengan tingkat kemanisan yang luar biasa. Keunikan ini menjadikannya komoditas yang dihargai baik di pasar lokal maupun nasional. 


Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang menyebabkan kemanisan Nenas Krayan dengan pendekatan ilmiah, didukung oleh data otentik dan terverifikasi. Penelitian ini mengintegrasikan informasi dari sumber-sumber terpercaya, termasuk penelitian agronomi, analisis kimiawi, dan laporan lapangan, untuk memberikan pemahaman komprehensif tentang karakteristik unik nenas ini.


Latar Belakang

Nenas (Ananas comosus) adalah tanaman tropis yang dikenal karena kandungan gula alaminya, terutama fruktosa dan glukosa, yang memberikan rasa manis. 


Nenas Krayan, yang ditanam di wilayah dataran tinggi Krayan, memiliki karakteristik khas yang membedakannya dari varietas lain, seperti: nenas Smooth Cayenne atau Queen. Wilayah Krayan, yang terletak di perbatasan Indonesia-Malaysia, memiliki kondisi geografis dan iklim yang unik, yang diduga berkontribusi pada kualitas rasa nenas ini. Selain itu, praktik pertanian tradisional masyarakat lokal Dayak Lundayeh diyakini memengaruhi karakteristik organoleptik buah ini.


Pertanyaan utama yang akan dijawab dalam artikel ini adalah: Apa yang membuat Nenas Krayan begitu manis? Faktor-faktor seperti kondisi lingkungan, komposisi kimiawi buah, dan praktik budidaya akan dianalisis untuk memberikan jawaban berbasis bukti.


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemanisan Nenas Krayan


1. Kondisi Lingkungan di Wilayah Krayan

Wilayah Krayan memiliki ketinggian antara 800 hingga 1.200 meter di atas permukaan laut, dengan iklim tropis basah yang ditandai oleh curah hujan yang cukup tinggi dan suhu yang sejuk (rata-rata 20–26°C). Menurut penelitian oleh Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (2019), ketinggian dan suhu yang lebih rendah memengaruhi metabolisme tanaman nenas, khususnya dalam akumulasi gula. Suhu yang lebih sejuk memperlambat laju respirasi tanaman, sehingga lebih banyak karbohidrat yang dihasilkan melalui fotosintesis tersimpan sebagai gula dalam buah.


Selain itu, tanah di Krayan umumnya bersifat andosol dengan kandungan bahan organik yang tinggi. Analisis tanah oleh Dinas Pertanian Kalimantan Utara (2021) menunjukkan bahwa tanah di wilayah ini memiliki pH sekitar 5,5–6,5, yang ideal untuk pertumbuhan nenas. Kandungan bahan organik yang tinggi juga meningkatkan ketersediaan nutrisi seperti kalium, yang berperan penting dalam sintesis gula pada buah.


 2. Komposisi Kimiawi Nenas Krayan

Kemanisan nenas ditentukan oleh kandungan total gula terlarut (Total Soluble Solids/TSS), yang diukur dalam satuan °Brix. Berdasarkan analisis laboratorium oleh Universitas Mulawarman (2022), Nenas Krayan memiliki nilai °Brix rata-rata antara 16–20, jauh lebih tinggi dibandingkan varietas Smooth Cayenne (12–14 °Brix). Kandungan gula utama dalam nenas adalah fruktosa, glukosa, dan sukrosa, dengan fruktosa memberikan kontribusi terbesar terhadap persepsi manis.


Selain gula, tingkat keasaman (diukur sebagai asam sitrat) juga memengaruhi persepsi rasa. Nenas Krayan memiliki tingkat keasaman yang relatif rendah (0,6–0,8%), sehingga rasio gula-asam (sugar-to-acid ratio) lebih tinggi, yang meningkatkan sensasi manis. Data ini konsisten dengan temuan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2020), yang menunjukkan bahwa nenas dari dataran tinggi cenderung memiliki rasio gula-asam yang lebih seimbang dibandingkan varietas dataran rendah.


3. Praktik Budidaya Tradisional

Masyarakat Dayak Lundayeh di Krayan menggunakan metode pertanian organik yang minim penggunaan pupuk kimia dan pestisida. Menurut laporan etnografi oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI, 2020), petani lokal mengandalkan pupuk organik dari kompos dan abu kayu, yang meningkatkan kesuburan tanah tanpa mengganggu keseimbangan mikrobiota tanah. Praktik ini memungkinkan tanaman nenas menyerap nutrisi secara optimal, yang berkontribusi pada akumulasi gula.


Selain itu, jarak tanam yang longgar (sekitar 40–50 cm antar tanaman) memastikan tanaman mendapatkan sinar matahari yang cukup, yang penting untuk fotosintesis dan produksi gula. Panen dilakukan secara manual pada saat buah mencapai kematangan optimal, biasanya ditandai dengan warna kulit kuning keemasan, yang menunjukkan puncak akumulasi gula.


4. Genetika Varietas Lokal

Nenas Krayan diduga merupakan varietas lokal yang telah beradaptasi dengan lingkungan Krayan selama beberapa generasi. Analisis genetik awal oleh Institut Pertanian Bogor (2023) menunjukkan bahwa Nenas Krayan memiliki keragaman genetik yang berbeda dari varietas komersial seperti Smooth Cayenne atau MD2. Gen yang terkait dengan sintesis sukrosa, seperti gen untuk enzim sukrosa fosfat sintase (SPS), ditemukan lebih aktif pada varietas ini, yang dapat menjelaskan tingkat kemanisan yang lebih tinggi.


Diskusi

Kemanisan Nenas Krayan adalah hasil dari interaksi kompleks antara faktor lingkungan, komposisi kimiawi, praktik budidaya, dan karakteristik genetik. Kondisi lingkungan Krayan, dengan ketinggian dan tanah yang subur, menciptakan kondisi ideal untuk akumulasi gula. Rendahnya tingkat keasaman dan rasio gula-asam yang tinggi memperkuat persepsi manis. Praktik budidaya organik dan panen yang tepat waktu memastikan kualitas buah tetap optimal, sementara faktor genetik memberikan keunggulan kompetitif dibandingkan varietas lain.


Sebaliknya, terdapat tantangan dalam memverifikasi data secara menyeluruh karena keterbatasan infrastruktur penelitian di wilayah terpencil seperti Krayan. Mayoritas data yang digunakan dalam artikel ini berasal dari penelitian terbatas dan laporan lokal, sehingga diperlukan studi lanjutan untuk memperkuat temuan ini, terutama terkait analisis genetik dan komposisi kimiawi.


Kesimpulan

Nenas Krayan memiliki kemanisan yang luar biasa karena kombinasi faktor lingkungan, komposisi kimiawi, praktik budidaya tradisional, dan adaptasi genetik. Data terverifikasi menunjukkan bahwa nilai °Brix yang tinggi (16–20) dan rasio gula-asam yang seimbang adalah penentu utama rasa manisnya. 


Wilayah Krayan, dengan ketinggian dan tanah suburnya, mendukung produksi gula yang optimal, sementara metode pertanian organik masyarakat lokal menjaga kualitas buah. Untuk masa depan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami potensi komersial dan pelestarian varietas ini. *)

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama