Penulis depan kantor pusat CU Lantang Tipo di Bodok. Dokpri. |
Peneliti: Masri Sareb Putra, M.A.
Tanggal rilis: 18 Juni 2025
Pendahuluan
Credit Union (CU) Lantang Tipo, yang berdiri sejak 2 Februari 1976, merupakan koperasi kredit tertua di Kalimantan Barat.
Berbasis pada filosofi saling percaya, semangat belarasa (compassion) dan kebersamaan, CU ini telah menjadi tulang punggung ekonomi kerakyatan bagi masyarakat Dayak.
Baca Preserving Peat Forests and Indigenous Wisdom: The Case of Hutan Adat Tawang Panyai
Laporan ini menggambarkan sejarah, perkembangan, dan dampak CU Lantang Tipo terhadap komunitas, dengan fokus pada nilai-nilai ugahari, kepercayaan, serta konsep ekonomi yang mengakar pada budaya lokal.
Latar Belakang dan Asal Usul
CU Lantang Tipo lahir dari kebutuhan masyarakat untuk memutus pendarahan kemiskinan struktural. Berawal dari kursus dasar tentang CU pada Januari 1976 di Pusat Damai, Kalimantan Barat, koperasi ini dibentuk oleh sekitar 30 peserta, termasuk utusan paroki, guru, pegawai paroki, dan tokoh masyarakat. Kursus ini merupakan respons atas sosialisasi CU di Sanggau, yang menginspirasi pendirian koperasi berbasis kepercayaan.
Baca The Evolution of Dayak Identity: Perspectives from Foreign and Local Writers
Nama "Lantang Tipo" diusulkan oleh Acang, terinspirasi dari tanaman tipo (Zingiber raceae), sejenis lengkuas yang dikenal karena semangat hidupnya yang kuat dan kemampuannya tumbuh di tanah subur meski diinjak. Nama ini dipilih secara aklamasi karena mencerminkan semangat keuletan, keberlanjutan, dan kebersamaan yang menjadi inti CU. Pada 2 Februari 1977, Pra-CU Lantang Tipo resmi menjadi CU Lantang Tipo setelah memenuhi tiga syarat: adanya kegiatan, laporan tertulis, dan rapat anggota tahunan (RAT).
Filosofi dan Nilai Ugahari
Filosofi CU Lantang Tipo berakar pada konsep ugahari, yang berarti sederhana namun bermakna mendalam, mencerminkan sikap hidup "sak madyo" (secukupnya, tidak berlebihan) masyarakat Dayak. Dalam wawancara dengan Munaldus, M.A., pendiri CU Keling Kumang, ia menyatakan, "Kemiskinan seperti pendarahan. Harus dihentikan." CU Lantang Tipo menerapkan prinsip "saya bantu kamu, kamu bantu saya," yang mendorong solidaritas dan kepercayaan antaranggota.
Kepercayaan, berasal dari kata Latin credere (percaya), menjadi landasan utama CU. Tanpa kepercayaan, koperasi tidak akan bertahan. CU Lantang Tipo tumbuh di komunitas yang saling percaya dan berjiwa berbela-rasa, yang terlihat dari interaksi anggota di ruang pelayanan, di mana mereka bukan sekadar nasabah, melainkan pemilik bersama.
Perkembangan dan Dampak Ekonomi
Sejak berdiri, CU Lantang Tipo telah berkembang pesat. Pada 2018 (saja), asetnya mencapai Rp 2,96 triliun, menjadikannya yang terbesar di antara CU lain di Kalimantan Barat, seperti Pancur Kasih dan Keling Kumang. Hingga April 2020, CU ini memiliki 204.049 anggota dan 51 kantor cabang di 14 kabupaten/kota di Kalimantan Barat. Pertumbuhan ini didukung oleh kepercayaan masyarakat dan aktivitas ekonomi seperti perkebunan sawit dan karet.
Baca Religious Education: The Capuchin Order's Legacy to the Dayak Jangkang Community
Pada 2014, CU Lantang Tipo menerima dua penghargaan KSP Award dari Kementerian Koperasi dan UMKM RI untuk kategori Pertumbuhan Aset Tercepat dan Pemupukan Modal Sendiri Terbesar. Keberhasilan ini menunjukkan efektivitas model ekonomi kerakyatan yang diterapkan, sejalan dengan Pasal 33 UUD 1945.
CU Lantang Tipo juga mendukung usaha mikro masyarakat, seperti petani sawit yang menabung hasil panen mereka. Salah satu contoh adalah seorang anggota, mantan teman sekolah peneliti, yang menyetor hasil panen sawit 7 ton ke CU. Keberadaan CU memungkinkan masyarakat mengelola keuangan dengan lebih baik, meningkatkan taraf hidup, dan menarik lebih banyak anggota baru.
Infrastruktur dan Ekspansi
Dengan pertumbuhan anggota, CU Lantang Tipo menghadapi tantangan infrastruktur. Awalnya beroperasi di sakristi gereja, koperasi ini kemudian membangun kantor sendiri dengan dana dari Jerman (1980-an) dan perluasan dengan dana dari Swiss. Kini, kantor permanen dibangun secara swadana, mencerminkan kemandirian finansial. Kantor ini menjadi simbol kepercayaan masyarakat terhadap CU, terutama saat industri sawit berkembang di Pusat Damai.
Tantangan dan Keberlanjutan
Tantangan utama CU adalah menjaga kepercayaan anggota, karena tanpa kepercayaan, koperasi dapat gagal, seperti banyak koperasi lain yang gulung tikar. CU Lantang Tipo berhasil karena komitmen pada laporan keuangan yang transparan, kegiatan rutin, dan RAT yang konsisten. Semangat "Lantang Tipo, Pantang Tipu," sebagaimana disampaikan oleh Pastor Ewald pada 2007, menjadi pengingat akan integritas koperasi ini.
Kesimpulan
CU Lantang Tipo adalah bukti nyata bahwa ekonomi kerakyatan berbasis kepercayaan dan solidaritas dapat berkembang di tengah masyarakat Dayak.
Dengan semangat ugahari dan filosofi tanaman tipo yang kuat, CU ini tidak hanya memutus kemiskinan struktural, tetapi juga memperkuat identitas budaya dan ekonomi masyarakat. Keberhasilannya menjadi inspirasi bagi CU lain di Kalimantan dan mendukung penerapan ekonomi berbasis Pasal 33 UUD 1945.
Rekomendasi
Perluasan edukasi tentang CU untuk menjangkau lebih banyak komunitas di Kalimantan.
Penguatan digitalisasi layanan untuk mempermudah akses anggota.
Penelitian lanjutan untuk mendokumentasikan dampak CU terhadap pemberdayaan perempuan dan generasi muda Dayak.
Posting Komentar