Penandatanganan nota kesepahaman antara Prof. Agus Pakpahan dan Dr. Stefanus Masiun, Rektor Institut Teknologi Keling Kumang. Foto: Adil Bertus AS.
Peneliti: Masri Sareb Putra, M.A.
Tanggal rilis : 22 Juni 2025
Abstrak
Tulisan ini membahas secara mendalam temuan dan refleksi intelektual Prof. Dr. Agus Pakpahan, Rektor Universitas IKOPIN, terhadap model koperasi berbasis komunitas Dayak, khususnya Credit Union Keling Kumang (CUKK). Dengan pendekatan studi lapangan dan wawancara kualitatif, diperoleh suatu pemahaman bahwa koperasi bukanlah relik sejarah atau alat ekonomi semata, melainkan bentuk peradaban yang hidup. Melalui kunjungannya ke Sekadau dan Sintang, Prof. Agus menemukan sebuah gagasan yang telah lama ia cari: bahwa pembangunan ekonomi yang berakar dari kepercayaan, belarasa, dan partisipasi masyarakat adalah jalan menuju martabat bangsa.
1. Pendahuluan
Koperasi selama ini kerap dianggap sebagai model ekonomi yang lamban, tradisional, bahkan usang. Narasi dominan tentang pembangunan ekonomi nasional masih terjebak pada logika pertumbuhan, investasi asing, dan dominasi korporasi. Namun, di tengah lanskap tersebut, Kalimantan Barat, tepatnya wilayah Sekadau dan Sintang, menawarkan sesuatu yang radikal sekaligus membumi: Credit Union Keling Kumang (CUKK).
CUKK bukan hanya koperasi simpan pinjam. Ia adalah gerakan sosial, pendidikan komunitas, dan laboratorium masa depan ekonomi Indonesia. Penelitian ini berangkat dari kunjungan dan pengamatan langsung Prof. Agus Pakpahan ke wilayah tersebut, yang kemudian menjadi titik balik pemikiran beliau mengenai arah baru koperasi dan pembangunan nasional.
2. Metodologi
Penelitian dilakukan melalui pendekatan kualitatif naratif, dengan observasi lapangan, wawancara mendalam bersama Prof. Agus Pakpahan dan Rektor ITKK Dr. Stefanus Masiun, serta telaah dokumen internal CUKK dan naskah buku koperasi Prof. Agus yang akan diluncurkan pada Hari Koperasi 12 Juli 2025. Penelitian ini berlangsung selama tiga hari di lokasi aktivitas utama CUKK dan ITKK di Kalimantan Barat.
Baca Alam dan Manusia sebagai Modal Dasar Pembangunan Krayan
3. Hasil Penelitian
3.1 Profil Credit Union Keling Kumang (CUKK)
- Anggota aktif: ±230.000 jiwa
- Aset (per Juni 2025): Rp 2,2 triliun
- Unit usaha: Toko komunitas dengan 20.000 item, pelatihan, agrowisata desa, lembaga pendidikan
- Nilai inti: Kepercayaan, belarasa, kedaulatan, dan martabat komunitas
3.2 Kolaborasi Strategis
1) Penandatanganan MoU antara Universitas IKOPIN dan Institut Teknologi Keling Kumang (ITKK) menjadi simbol integrasi antara ilmu akademik dan pengetahuan komunitas.
2) Prof. Agus menempatkan kunjungan ini bukan sebagai studi banding, melainkan sebagai ziarah intelektual dan spiritual.
4. Pembahasan
4.1 Prof. Agus Pakpahan: Ilmuwan yang Menabur dengan Rendah Hati
Prof. Agus bukan sekadar pengajar teori koperasi; ia seorang peziarah gagasan. Dalam kunjungannya ke Sekadau, ia menemukan kenyataan bahwa koperasi bukan ide mati, melainkan entitas yang hidup dan tumbuh. Ia menyaksikan bagaimana koperasi menjadi alat perjuangan, bukan hanya alat keuangan.
Sebagai ilmuwan dan birokrat senior, Prof. Agus datang bukan untuk menggurui, tetapi belajar dari rakyat. Dalam setiap obrolan dan catatannya, ia menekankan bahwa koperasi Dayak tidak bersandar pada proyek negara, tetapi pada jaringan kepercayaan sosial yang langka dalam dunia modern.
4.2 Ketika yang Besar Menimba dari yang Kecil
CUKK telah membalik logika pembangunan. Yang selama ini dianggap "tertinggal", justru memimpin jalan. Prof. Agus menyebut ini sebagai kebangkitan dari akar-rumput. Dari Kalimantan Barat, lahir model pembangunan yang bukan berdasarkan dana insentif atau kebijakan top-down, melainkan partisipasi lokal dan regenerasi nilai.
Paradigma ini menyajikan koreksi mendalam terhadap pembangunan ala negara dan korporasi. Di CUKK, rakyat tidak menjadi objek pembangunan, tetapi subjek yang mengubah hidupnya sendiri. Pembangunan bukanlah sesuatu yang “diantar” ke desa, tetapi yang tumbuh dari tanah, dari tetes keringat, dan dari mimpi kolektif.
4.3 Ekonomi Koperasi dan Konsepsi Martabat
Bagi Prof. Agus, koperasi semestinya mengembalikan martabat warga. Di CUKK, ia melihat ekonomi bukan sebagai mesin laba, tapi sebagai organisme sosial. Ekonomi bukan hanya tentang efisiensi dan pertumbuhan, tetapi tentang keadilan, kebersamaan, dan keberdayaan.
Konsep ini mencerminkan apa yang oleh Amartya Sen disebut sebagai pembangunan berbasis kapabilitas. CUKK memenuhi empat kriteria pembangunan berkelanjutan:
1) Ekologis: berbasis lanskap desa yang lestari
2) Sosial: berbasis solidaritas, bukan transaksi
3) Ekonomi: menciptakan surplus tanpa eksklusi
4) Kultural: hidup dari akar nilai dan adat Dayak
4.4 ITKK: Ruang Regenerasi dan Peradaban Koperasi Baru
ITKK bukan hanya sekolah tinggi. Ia adalah pusat regenerasi gerakan koperasi. Prof. Agus melihatnya sebagai prototipe pendidikan masa depan: kampus yang tidak menjauh dari realitas, tapi justru menyatu dengan denyut hidup komunitas.
Mahasiswa ITKK tidak disiapkan menjadi pencari kerja, tetapi pencipta masa depan. Mereka dibentuk dalam nilai koperasi, kejujuran, transparansi, dan tanggung jawab sosial. Pendidikan di sini bukan sekadar akademik, tapi praksis transformatif.
4.5 Koperasi sebagai Jaringan Kepercayaan, Bukan Mesin Uang
CUKK mengingatkan kita bahwa ekonomi dimulai dari relasi antar manusia. Tidak ada pembangunan tanpa kepercayaan. Tidak ada pertumbuhan yang berarti jika martabat manusia dikorbankan.
Prof. Agus menekankan bahwa:
“Kepercayaan adalah modal pertama dan terakhir dalam ekonomi rakyat.”
CUKK menunjukkan bahwa koperasi sejati bukanlah proyek, melainkan ikatan batin dan struktur sosial yang dibangun dalam waktu panjang dan kesabaran kolektif.
4.6 Sintang dan Sekadau: Model Peradaban Alternatif
Sintang dan Sekadau, dalam pandangan Prof. Agus, adalah lokasi epistemik. Di sana, ekonomi rakyat, pendidikan akar rumput, dan budaya saling percaya menyatu dalam satu ekosistem pembangunan yang mandiri.
Prof. Agus Pakpahan, antara lain menulis yang demikian ini:
“Sintang dan Sekadau memberi cetak biru: pembangunan yang berakar, berdaulat, dan bertahan karena kekuatannya sendiri.”
Ini bukan sekadar keberhasilan lokal, tapi tawaran konsep peradaban bagi Indonesia.
Baca Research on the Impact of Mercury on Human Health in West Kalimantan
5. Kesimpulan
CUKK adalah bukti bahwa ekonomi rakyat bukan mitos. Ia hidup, tumbuh, dan memberi arah baru bagi Indonesia. Prof. Agus Pakpahan telah menyaksikan sendiri bagaimana koperasi bisa menjadi jantung peradaban baru—dalam masyarakat yang saling percaya, menghormati martabat, dan membangun masa depan sendiri.
Model koperasi ala Dayak bukan untuk disalin mentah-mentah, melainkan untuk dimengerti sebagai prinsip dasar pembangunan yang manusiawi. Model ini menjawab pertanyaan besar: bagaimana membangun Indonesia tanpa mengorbankan nilai, kejujuran, dan tanah air sendiri?
6. Rekomendasi
1) Replikasi Prinsip CUKK dalam skala lokal lain, dengan pendekatan kontekstual.
2) Integrasi nilai koperasi dalam kurikulum nasional, dari SD hingga universitas.
3) Penguatan ITKK sebagai pusat pelatihan dan penelitian koperasi rakyat.
4) Pembuatan Indeks Martabat Ekonomi Rakyat, sebagai indikator pembangunan alternatif.
5) Kemitraan antardaerah, terutama antara Jawa Barat dan Kalimantan Barat, untuk saling belajar dalam hal model ekonomi akar rumput.
Penutup
Dalam perjalanan ke wilayah timur Kalimantan Barat, Prof. Agus Pakpahan tidak menemukan akar kemiskinan struktural; ia menemukan martabat. Ia menemukan bahwa ketika rakyat saling percaya, ekonomi akan tumbuh bukan dari modal uang, melainkan dari modal kejujuran mengelola uang dan belarasa (compassion) untuk menjaga sesama.
Baca Revitalization and Transformation of the Dayak Indigenous Religion in the Modern Era
CUKK adalah bukti hidup bahwa ekonomi Indonesia tak harus dibangun dari korporasi global atau pinjaman luar negeri. Ia bisa tumbuh dari desa, dari kebun, dari toko komunitas, dan dari ruang kuliah kecil yang sarat mimpi. Dari sanalah, Indonesia akan bangkit dengan wajah yang lebih adil, ramah, dan bermartabat.
Daftar Pustaka
Annual Report Credit Union Keling Kumang. 2025.
Putra, Masri Sareb. 2023. 30 Tahun CU Keling Kumang. Jakarta: Penerbit Lembaga Literasi Dayak.
Munaldus. 2024. Pendidikan Anggota Credit Union. Jakarta: Penerbit Lembaga Literasi Dayak.
Prof. Agus Pakpahan dan Koperasi : Ketika yang Besar Belajar Belarasa dan Jujur dari yang Kecil
Posting Komentar